Sabtu, 20 Agustus 2011

Ketika Tau Tak Berucap Malu




dan ktika smuanya hilang,lalu pergi,tenggelam,datang,hadir lalu menyelam menapaki siklus yg mulai tak terduga,lantas ktika mengayun langkah tak usah terdiam heran seakan mnjadi teror yg begitu menyeramkan!!tenang sprti air yg mengalir,ktika kemarau mendamba hujan,ada doa terselip dlm kata yg bgitu berat mengucap,dan lazuardi pun hendak bersaksi smpai kpn menjadi jiwa tak berpendirian,sprti cuaca yg kini tak menentu..
gamang...mengawang...tendang...lalu terjang
jangan terus mengucap ber"andai-andai" apalagi ber"akan-akan", yakinkan tangan mengepal pasti, entah meringis, miris, anarkis, bila perlu tumpahkan segala yang berbau paham. kita tak perlu ingin menjadi cerdik bila tak bisa mengerti, dan tak perlu untuk mengerti jika tak dapat memahami.

Description: Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLE34XtGzixT66VWaMirw5747x8nz5pgt36KniFRbndAgRC985lhJp7VxEkdcfPn6KrNvB04cqBQUXOH35vzTjC2ikI9qIaH-te2nVT7IIxslCXYzXoj4t5QktZtxzyOOGXKU8nbP1VkbY/s320/Penyakit-yang-Membuat-Malu.jpg
dan ketika adalah keterangan waktu, maka subjek dan objek tak perlu menyalahkan waktu dengan keadaan yang digambarkan predikat, oh...jangan bermain kata jika tak tau makna, dan jangan memaknakan kata jika tak mudah memahami, ini bukan tentang ruang sempit yang mengapit pemikiran tentang 1 atau 2 tapi banyak, entah 20,40,60, ratusan, dan siapapun bisa menambahkan nol atau angka lain di belakangnya. tak perlu diterka seperti angka lotre dengan undian menarik, ini bukan permainan angka, dan bukan juga permainan kata, jika berkilah maka teruslah bermain, bermain-main mengotak-atik yang tak seharusnya di ulik, ini hanya sebuah siklus bukan arena permainan dengan matador yg menyelipkan kain merah dbelakang saku celananya, kemudian ia mengobarkan kainnya ke atas, bawah, samping, tengah, lalu dia mulai berlari dan menghindar, lantas tentang apa ini, tentang sesuatu yg tak tau malu, tentang malu yg tak tau sesuatu, dan malu pun berkilah mahzab "tak" yang disandang bukan papan, tapi kebutuhan pokok, jika kita terus malu maka tak tanpa malu, dan tak akan berteriak malu menjadi jiwa tak berpendirian!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar